"Berpancang Amanah Bersauh Marwah"

Jumat, 01 April 2016

Makam Raja ALi Haji

Makam Raja Ali Haji
Pulau Penyengat,Tanjung Pinang

Tinjauan

Bapak Bahasa Melayu Indonesia. Begitulah sapaan untuk Raja Ali Haji, pria kelahiran tahun 1808 dari Selangor itu telah berkontribusi besar melahirkan pedoman tata bahasa melayu standar. Dalam Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928, bahasa melayu itulah yang ditetapkan sebagai bahasa nasional, yaitu Bahasa Indonesia.


Raja Ali Haji meninggal pada 1837 dan dimakamkan di Pulau Penyengat Indera Sakti, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini berjarak sekira 6 km di seberang Kota Tanjung Pinang, ibukota Provinsi Kabupaten Riau.Makam itu sendiri dibangun sederhana di bawah pepohonan rindang. Ada beberapa bangunan di kompleks pemakaman ini, diantaranya sebuah masjid mini yang berkubah dan bermihrab. Bangunannya diselimuti cat warna kuning  mendominasi bergariskan warna hijau. Di dalam kompleks pemakaman juga terdapat makam para raja seperti Raja Kesultanan Riau Lingga, Raja Ahamad Syah, Raja Abdullah dan makam orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan kerajaan.

Pada masanya, nama Raja Ali Haji tidak hanya  tersohor di provinsi tersebut namun juga di sebagian besar wilayah Indonesia. Bagi masyarakat lokal Malaysia, khususnya bagi yang tinggal di wilayah Malaka, ia adalah pahlawan yang sangat dihargai.

Raja Ali Haji lahir tahun 1808 di Lingga , Pulau Penyengat, Riau.  Ia banyak menghasilkan hasil karya sastra dimana ciri khasnya mengakar pada tradisi kesusastraan Islam serta Melayu. Ia juga dikenal dalam kesungguhannya menyajikan sejarah masa lalu disesuaikan dengan tuntutan kondisi di zamannya. Karyanya yang paling dikenal adalah “Gurindam Dua Belas” pada 1847 yang menjadi karya tak ternilai.

Buku karya RAH berjudul “Kitab Pengetahuan Bahasa“ ditetapkan dalam Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 sebagai bahasa nasional Indonesia. Atas dasar kontribusi yang sangat penting itulah gelar pahlawan Nasional diberikan kepada RAH Pada tanggal 10 November 2004 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada saat peringatan Hari Pahlawan 10 November di Istana Negara, Jakarta.


Makam RAH berada di komplek pemakaman Engku Putri Raja Hamidah. Persisnya, terletak di luar bangunan utama Makam Engku Putri. Karya sastra Gurindam Dua Belas diabadikan di sepanjang dinding bangunan makamnya agar pengunjung yang datang dapat membaca serta mencatat karya maha agung tersebut. 

0 komentar:

Posting Komentar